Tahun Baru dan Momentum Perubahan

Manusia ialah makhluk yang cepat bosan. Dalam sebuah hadits diceritakan bahwa tatkala Allah hendak menciptakan manusia di muka bumi para malaikat bertanya  “ Ya Tuhan Kami kenapa Engkau hendak menciptakan manusia di muka bumi, mereka pasti akan merasa bosan hidup di dunia ?” kemudian Allah menjawab “Tidak! Sebab Aku telah memberinya harapan, harapanlah yang akan membuat manusia senantiasa bersemangat menjalani hidupnya dunia, dan Aku lebih Mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”
                Maka orang yang telah kehilangan harapan berarti ia telah kehilangan jiwa tuhan di dalam dirinya. Tuhan memberitau ketika manusia merasa bosan akan hidupnya, pasti itu disebabkan karena ia tidak memiliki harapan akan hari esok. Ia merasa putus asa akan kesusahan yang sering menimpanya hingga membuat ia lupa bahwa ia masih memiliki Tuhan. Ia lupa bahwa tuhan masih Kuasa atas segala sesuatu. ia lupa bahwa apapun kelihatannya tidak mungkin terwujud di hari esok bagi Allah adalah mudah sekali.  Itulah harapan.
                Namun ada satu waktu yang biasanya ketika itu harapan manusia sering bertambah, yakni saat yang dinamakan momentum. Momentum ialah kesempatan. Momentum ialah waktu yang didalamnya terdapat kesempatan yang mengakibatkanterjadinya peristiwa besar atau penting yang terjadi yang didukung oleh kejadian sebelumnya dan sesudahnya. Sehingga kita sering mendengar istilah ‘’momentum yang pas’’. Maka manusia sering kali merayakan banyak hari hari penting dan hari hari besar dalam sejarah untuk menciptakan sebuah momentum atau semangat baru. Karena dari situ harapan sering kali bertambah berlipat ganda dibanding hari hari biasanya.
                Islam pun menciptakan momentum itu dengan mempunyai dua hari raya besar yang wajib diperingati pemeluknya. Bahkan bagi laki laki islam menciptakan momentum itu yakni satu dari tujuh hari dalam seminggu dengan melaksanakan shalat jum’at.  Itu ialah hari raya umat islam. Namun dalam perjalananya manusia termasuk umat islam senang akan perayaan perayaan semacam itu karena sering menimbulkan harapan baru. Sehingga manusia membuat banyak perayaan untuk hari hari besar dalam sejarah umat manusia. ada sebagian umat islam yang merayakan maulid kelahiran nabi Muhammad saw. Ada pula setiap negara memperingati hari kemerdekaanya sebagai peringatan akan hari kelahirannya. Ada manusia yang memperingati hari kelahirannya, atau hari kematiaan seseorang yang dicintainya, atau ada sepasang kekasih atau suami istri yang memperingati hari jadi hubungan mereka. Dan tak lupa pula hari yang sebentar lagi dirayakan oleh hamper seluruh manusia di muka bumi, yakni hari pergantian tahun yang sebentar lagi kita lewati. Itu merupakan sebuah bukti bahwa manusia seringkali menciptakan sebuah momentum untuk menciptakan semangat yang baru dan meraih harapan yang baru dengan kegembiraan. Terlepas dari pandangan para ulama mengenai perayaan perayaan semacam itu menurut agama, namun momentum seringkali menciptakan semangat baru dan memberikan kegembiraan.
                Prof. Dr. Quraish Shihab, Salah seorang tokoh moderat Islam yang juga pakar tafsir terkemuka dalam salah satu ceramahnya mengatakan bahwa islam tidak melarang kegembiraan. Islam tidak melarang umatnya untuk bergembira. Yang dilarang ialah jika kegembiraan itu terlalu berlebih lebihan. Dan yang ditekankan ialah nilai kemanfaatan dari sesuatu sehingga yang lebih manfaat maka itu lebih baik. misalnya di perayaan idul fitri banyak kalangan umat islam yang mengeluarkan banyak uang untuk membeli mercon atau petasan untuk kesenangan atau kegembiraan. Akan tetapi alangkah lebih baiknya jikalau uang tersebut digunakan untuk hal hal yang lebih bermanfaat misalnya masih banyak saudara kita yang kekurangan uang dan makanan. Lebih bermanfaat kalau uang tersebut di jadikan infaq atau shadaqah. Jadi persoalannya bukan benar atau salah, akan tetapi mana yang lebih baik dan mana yang kurang baik. jikalau uang digunakan untuk kesenangan dan kegembiraan dengan membeli mercon dan petasan, tentu akan lebih baik jika uang tersebut dibelikan sarung atau peci atau makanan atau pakaian untuk disumbangkan pada fakir miskin. Namun islam membebaskan kepada umatnya dan tidak memberikan paksaan.
                Bagaimana dengan perayaan tahun baru? Apakah sama dengan perayaan idul fitri? Jikalau ditinjau dari sejarah kelahiran tahun masehi bagi umat islam maka akan sedikit berbenturan dengan sebagian nash nashnya mengenai kaum yahudi dan nasrani. Sekalipun kita umat islam tidak bisa menolak fakta bahwa dijaman sekarang kita hidup dibawah payung kebudayaan barat yang secara de facto berkaitan dengan syariat agama yahudi dan nasrani Termasuk negara kita Republik Indonesia. Dari kalender penanggalan nasional yang dipakai, hari libur yang dipilih dalam seminggu, juga penggunaan nama nama bulan, hukum permerintahan dan sebagainya. Namun tulisan ini tidak hendak berbicara mengenai itu semua karena akan memakan ruang yang banyak dan pembahasan yang luas.
                Didalam filsafat islam dikatakan bahwa setiap muslim harus mampu menangkap hikmah atau makna dari setiap kejadian yang dijumpainya bahkan juga setiap kewajiban yang disyariatkan agama. Kita saat ini menjumpai perayaan tahun baru. Hakikatnya itu adalah luapan kegembiraan manusia untuk menjemput harapan yang baru dan semangat yang baru. Bagi kita tentu dapat mengambil manfaat darinya. Tahun baru dapat dijadikan momentum perubahan dari kondisi yang kurang baik kedalam kondisi yang lebih baik. sebaliknya, bagi orang yang tidak mampu menangkap hikmah dari perayaan tahun baru maka perayaan tersebut hanya berbentuk kegiatan kosong tanpa makna, hanya bersifat hiburan bahkan menjurus kepada kemaksiatan.
                Hendaknya tahun yang yang baru dimaknai dengan hari esok dalam sabda nabi bahwa orang muslim yang beruntung ialah yang hari esoknya lebih baik dari hari ini. Sehingga dapat menjadi dorongan untuk meningkatkan kehidupan kearah yang lebih baik untuk meningkatkan amal sholeh mapun meningkatkan etos kerja sehingga meningkatkan produktivitas. Bahkan akan lebih baik lagi, jika seorang muslim mencipakan momentum itu setiap hari supaya hari hari yang dilalui akan lebih semangat lagi. Yang lebih penting jangan sampai seorang muslim tidak memiliki harapan. Karena jikalau ia sudah tak memiliki harapan, maka ia akan merasakan perasaan bosan hidup di dunia. Sebagaimana dugaan para malaikat diatas.
Wallahu Alam Bi Shawwab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman tes di Bank BRI

Tentang Organisasi: Sebuah Refleksi

Pengalaman Tes SKB CPNS Kemenkumham 2019