Sejarah Singkat Neoliberalisme

                Neoliberalisme yang juga dikenal sebagai paham ekonomi neoliberal mengacu pada filosofi ekonomi-politik akhir abad ke 20 an, sebenarnya merupakan redefinisi dan kelanjutan dari liberalisme klasik yang dipengaruhi oleh teori perekonomian neo klasik yang mengurangi atau menolak penghambatan oleh pemerintah dalam ekonomi. Penciptaan distorsi dan high cost economy yang kemudian akan berujung pada tindakan koruptif. Paham ini memfokuskan pada pasar bebas dan perdagangan bebas, merobohkan hambatan untuk perdagangan internasional  dan investasi agar semua negara bisa mendapatkan keuntungan dari meningkatkan standar hidup masyarakat atau rakyat sebuah negara dan modernisasi melalui efesiensi perdagangan dan mengalirnya investasi. [1]
                Neoliberalisme sebagai paham ekonomi tak dapat dilepaskan dari sejarah perkembangan pemikiran dan sistem ekonomi itu sendiri sepanjang sejarah. Jika ditarik kebelakang, paham neoliberalisme ialah akumulasi dari paham paham ekonomi yang muncul dalam sejarah yang berangkat dari realitas atau praktek ekonomi masyarakat yang senantiasa berkembang dan berubah, baik praktek konsumsi, produksi, dan distribusi sejak masyarakat primitif di masa lalu sampai masyarakat industri saat ini. Paham neoliberalisme dianggap sebagai puncak pemikiran tertinggi masyarakat karena hingga saat ini, paham neoliberalisme telah menyebar dan mempengaruhi rangkaian kebijakan ekonomi setiap negara, bahkan selanjutnya juga menguasai dan mempengaruhi sektor kehidupan lain di masyarakat, sepeti sektor pendidikan, kesehatan, budaya, dan agama.
                Dalam tulisan ini, penulis akan menjelaskan secara singkat sejarah terbentuknya paham neoliberalisme yang merupakan akumulasi dari paham paham yang dapat ditelusuri dari pandangan pandangan masyarakat sejak zaman dahulu yang dapat dibagi kedalam tiga fase. Yakni fase pra klasik, klasik, dan neo klasik [2]. Pada fase pra klasik, pemikiran ekonomi berkembang sejak manusia memikirkan hakikat kehidupan. Fase tersebut dimulai dimulai di Yunani Kuno, ketika itu Yunani Kuno merupakan wilayah yang terdiri dari Negara Kota (polis) dengan sistem pemerintahan yang demokratis yang menjunjung tinggi kebebasan dan persamaan. Dengan kondisi tersebut di Yunani tumbuh beberapa pemikir cemerlang terutama di bidang filsafat yang merupakan ibu kandung ilmu pengetahuan. Semua bidang kehidupan tak luput dari perhatian orang Yunani, tak terkecuali ekonomi.
Dua filosof besar Yunani, Aristoteles dan Plato, merupakan dua tokoh pertama yang tercatat dalam sejarah yang mengungkapkan pandangan pandangannya tentang ekonomi.   Menurut Plato, masyarakat harus terbagi kedalam tiga golongan. Yang pertama ialah pengatur/ penguasa, yang kedua tentara, dan yang ketiga adalah pekerja. Karena tujuan negara ialah mencapai kebajikan, menurut plato, pengatur/penguasa haruslah orang orang baik (filosof) dan mereka tidak diperbolehkan memiliki harta atau bekerja untuk mencari harta, karena harta hanya akan menjerumuskan manusia dan akan melalaikan tugas tugas kenegaraan. Kebutuhan kebutuhan ekonomis penguasa disediakan oleh kelas pekerja. Artinya menurut Plato, yang berhak bekerja dan memiliki harta ialah golongan pekerja dan mereka yang akan membiayai kebutuhan penguasa.
Aristoteles, murid Plato berpandangan berbeda. Menurut Aristoteles, tujuan sebuah negara adalah untuk mencapai kebahagiaan (eudaimonia). Kebahagiaan akan dicapai jika kebutuhan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan hidup tersebut, ia menyarankan agar masyarakat melakukan pertukaran barang (exchange of commodity) dengan masyarakat lain. Perdagangan menurut Aristoteles memiliki dua tujuan, yakni untuk kegunaan (use) atau untuk keuntungan (gain). Aristoteles mengutuk perdagangan yang ditujukan untuk keuntungan (gain) maka dari itu Aristoteles menolak keberadaan alat tukar atau uang karena baginya, uang akan membuat tujuan pertukaran ialah keuntungan (gain).
Selanjutnya, pemikiran ekonomi pra klasik berlanjut ke masa Skolastik. Masa ini dikenal sebagai abad pertengahan. Dua pemikir yang mempengaruhi pemikiran ekonomi masa ini ialah St. Albertus Magnus (1206-1280) dan St. Thomas Aquinas (1225-1274). Ciri dari pemikiran ekonomi pada masa ini adalah kuatnya hubungan antara ekonomi dengan persoalan etis. Aktivitas kehidupan masyarakat, termasuk akativitas ekonomi erat dengan aturan aturan gereja yang ditujukan untuk kebaikan dan pengabdian kepada Tuhan. Aquinas dalam bukunya yang terkenal “Summa Theologica” mengutuk bunga karena bunga menurutnya sama dengan riba. Begitupal Magnus mengungkapkan bahwa harga untuk sebuah barang haruslah adil dan pantas. Pada masa ini masyarakat dijauhkan dari aktivitas mengejar kenikmatan duniawi karena hal tersebut dianggap sering menjerumuskan manusia kedalam dosa yang dikutuk Tuhan.[3]
Setelah fase Skolastik berlajut ke fase Merkantilisme yang berlangsung pada 1500-1750.  Fase ini muncul karena masyarakat Eropa memberontak terhadap pemikiran pemikiran era Skolastik terutama diawali oleh pemikir pemikir Renaissance Italia yang terusb berlanjut sampai pada pemikiran Martin Luther dan John Calvin. Pemikiran pada fase ini menganggap bahwa kemakmuran sebuah bangsa akan tercapai jika bangsa tersebut melakukan perdagangan dengan bangsa lain (merchant: pedagang). Negara harus memperbanyak ekspor dan meminimalisir impor. Banyak menjual dan sedikit mebeli.  Pandangan ini mirip dengan pemikiran Aristoteles. Paham Merkantilisme ini dianut antara lain oleh Portugis, Spanyol, Inggris, Perancis, dan Belanda. Paham ini pula yang mendorong bangsa Bangsa Eropa tersebut untuk menjelajah negeri lain dan merintis jalan untuk melakukan kolonialisasi. Tokoh tokoh ekonomi pada masa ini Diantaranya Jean Boudin, Thomas Mund, Jean Baptiste Collbert, Sir William Pety, Dan David Hume. Beberapa pemikiran saat itu diantaranya ialah pentingnya penguasa untuk beraliansi dengan para saudagar/ pedagang yang dicetuskan Colbert karena pajak dari pedagang akan menambah pemasukan bagi negara dan pada saudagar pun berkepentingan supaya regulasi perdagangan dipermudah, pentingnya aktivitas kerja dibanding tanah juga oleh dicetuskan Petty. Petty bahkan dianggap oleh Friedrich Engels sebagai “The Father Of Modern Political Economy”. Era ini juga sering disebut sebagai era Kapitalisme Saudagar.
Zaman pra klasik berakhir pada fase Fisiokratis. Fase Fisiokratis ialah fase dimana muncul pemikiran bahwa kemakmuran sebuah bangsa bukan ditentukan oleh perdagangan dengan bangsa lain seperti menurut pemikir pemikir Merkantilisme, melainkan ditentukan oleh pemanfaatan sumber daya alam sebuah negara. Salah satu tokoh Fisiokratis ialah Francis Quesnay (1694-1774). Kekayaan alam sebuah negara dapat berupa pertania, perairan, maupun pertambangan. Quesnay membagi masyarakat kedalam 4 golongan. Yakni pertama golongan masyarakat produktif, yang mengolah pertanian, pertambangan, dan peternakan.  Yang kedua golongan masyarakat tuan tanah, mereka ialah para penghisap yang tidak bekerja tapi mendapat untung. Yang ketiga golongan tidak produktif, yakni para saudagar dan pengrajin, mereka tidak produktif karena hanya memindahkan/mengubah barang dari satu tempat ke tempat lain/ mengubah dari satu barang menjadi barang lain. Dan golongan keempat ialah masyarakat buruh/ labour, yakni masyarakat yang mendapat upah dari tenaganya.
                Zaman pra klasik diakhiri oleh kemunculan pemikiran ekonomi dari ekonom inggris bernama Adam Smith (1729-1790). Bukunya yang paling berpengaruh ialah “The Wealth Of Nations” atau “Kemakmuran Bangsa Bangsa”. Smith juga dianggap sebagai bapak liberalisme ekonomi karena ia adalah orang pertama yang mengemukakan pandangan bahwa kegiatan ekonomi jika ingin mencapai pertumbuhan dan kemajuan harus dibiarkan berlangsung tanpa campur tangan pemerintah. Smith juga menegaskan bahwa watak manusia pada hakikatnya ialah serakah. Namun keserakahan itu justru akan mengantarkan manusia pada kemajuan dalam segala bidang. Setiap tindakan yang dilakukan manusia ialah menurut kepentingan diri sendiri (self interest) bukan karena belas kasihan. Orang akan bertindak jika ia mendapat insentif atau imbalan akan tindakannya. Orang juga akan giat berlomba lomba untuk melakukan penemuan penemuan jika ia tau kalau penemuannya tersebut dihargai tinggi.
Kesejahteraan masyarakat menurut Smith akan dicapai dengan sendirinya dalam pasar bebas. Pasar bebas ialah sebuah istilah dimana harga harga ditentukan oleh mekanisme pasar, bukan ditentukukan oleh pemerintah. Pasar bebas juga berarti sedikitnya campur tangan pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Yang akan mengendalikan harga ialah tangan tak terlihat (invisible hand). Logika Adam Smith untuk menuju masyarakat makmur ialah sebagai berikut: seorang produsen akan memproduksi barang, produsen tidak akan mencapai laba yang sangat tinggi dengan mematok harga barang yang mahal melebihi biaya produksi karena barang yang harganya sangat tinggi tidak akan laku dan menarik pembeli.  Dengan menaikan harga sedikit saja dari biaya produksi maka produsen akan mendapat untung dari penjualan sebuah barang. Keuntungan tersebut akan mendorong orang orang untuk memproduki barang yang sama, dengan demikian akan terjadi persaingan harga dan kualitas antar produsen untuk memuaskan konsumen. Yang diuntungkan dari kondisi tersebut ialah konsumen karena barang barang menjadi murah dengan berbagai macam varian dan inovasi. Pada kondisi yang seperti itulah sebuah bangsa akan mencapai kemakmuran kata Smith, yakni ketika sistem produksi dan konsumsi diserahkan kepada mekanisme pasar, barang barang akan melimpah dan mudah dijangkau masyarakat.
                Pemikiran Smith dilanjutkan oleh beberapa pengikutnya Seperti Thomas Malthus, David Ricardo, Jean Baptiste Say, Dan John Staurt Mill. Inti pemikiran mereka ialah bahwa perekonomian sebuah bangsa akan mencapai kemajuan dan pertumbuhan jika diserahkan pada mekanisme pasar. Campur tangan pemerintah dalam bidang ekonomi, dalam penentuan harga, pajak, impor, dan ekspor justru akan mengurangi dan menghambat pertumbuhan dan kemajuan ekonomi.
                Selanjutnya, pemikiran ekonomi klasik tersebut mendominasi eropa dan berbarengan dengan revolusi industri yang terjadi dengan penemuan teknologi dalam produksi. Eropa mengalami perubahan dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri. Para petani yang bermukim di desa desa berbondong bondoh pindah ke kota dan bekerja menjad buruh buruh pabrik. Namun kondisi tersebut justru malah memperparah keadaan para buruh karena kerja mereka dibayar murah sedangkan para pemilik pabrik yang disebut kelas borjuis mendapat keuntungan yang banyak. Era tersebut disebut era kapitalisme. Hal tersebut akhirnya memunculkan kritik dan melahirkan seorang ilmuwan sosial dan ekonomi bernama Karl Heinrich Marx yang menawarkan konsep masyarakat komunisme. Marx mengkritik habis habiskan Kapitalisme, bersama kawannya Friedrich Engels. Marx  menganggap sistem kaiptalisme sebagai sistem yang “tidak berperikemanusiaan, kejam, dan tidak berperasaan”. Marx mengecam kepemilikan pribadi karena menyebabkan masyarakat berbeda dan berkonflik. Marx meramalkan kapitalisme dengan ciri pasar bebasnya akan runtuh dengan sendirinya karena kaum buruh akan memberontak dan melakukan revolusi atas sistem kapitalisme yang tidak adil dan menghisap.
                Kritik kritik Marx terhadap kapitalisme akhirnya melahirkan beberapa pembela kapitalisme itu sendiri yang sering disebut sebagai kaum Neo Klasik. Tokoh tokoh neo klasik Diantaranya W Stanley Jevons, Leon Walras, Carl Menger, Dan Alfred Marshall. Beberapa pokok pikiran dari kaum neo klasik ini misalnya pendekatan marginal dari Heinrich Gossen. Pendekatan marginal adalah pengaplikasian kalkulus terhadap tingkah laku konsumen dan produsen serta harga harga di pasar. Hukum Gossen I berbunyi “faidah tambahan dari pengkonsumsian suatu macam barang akan semakin turun jika barang yang sama dikonsumsi semakin banyak” dan Hukum Gossen II berbunyi “sumber daya dan dana yang tersedia selalu terbatas secara relatif untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang relatif tak terbatas”. Carl Menger juga mengemukakan tentang utilitas marginal yang membantah teori Marx tentang konsumsi bahwa kepuasan mengkonsumsi barang hanya berada pada titik marginal jika melebihi itu maka kepuasan itu akan hilang. Kenyataan tersebut tidak akan menyebabkan perusahaan melakukan over produksi yang menyebabkan buruh dieksploitasi habis habisan untuk bekerja dan menghasilkan barang. Dengan sendirinya produksi akan menyesuaikan dengan konsumsi masyarakat. Tokoh neo klasik lain yang paling berpengaruh diantaranya Friedrich August Von Hayek yang dilahir tahun 1899 di Austria namun mendapat kewarganegaraan inggris dan menamatkan pendidikannya di Universty of Wina. Ia mengembangkan teori siklus perdagangan dan integrasi modal. Hayek ini selanjutnya merupakan pembela paling gigih sistem kapitalisme dan liberalisme yang ekstrim. Ia mengecam sosialisme dan menganjurkan campur tangan pemerintah terhadap kegiatan ekonomi dihapuskan. Ia mengecam sistem komando dan perencanaan terpusat karena sistem tersebut akan mengacaukan sistem pasar yang bekerja secara alamiah, menghambat kebebasan dan inisiatif pribadi, licik dan penuh motif politik. Hayek dan murid muridnya selanjutnya menamai dirinya sebagai kaum libertarian. Pemikiran Hayek nanti akan dipaparkan lagi dibawah karena pikiran pikiran Hayek inilah yang banyak memperngaruhi praktek neoliberalisme saat ini.
                Tokoh neo klasik lainnya ialah Alfred Marshall (1842-1924) yang merupakan lulusan dari Cambrigde University. Marshal menolak asusmi asumsi para pemikir klasik yang menganggap harga ditentukan oleh biaya produksi yakni barang dan upah buruh yang artinya ditentukan pada sisi penawaran. Marshalpun menolak asumsi Jevons, Menger, dan Walras bahwa harga ditentukan oleh permintaan. Menurut Marshall, harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Pembeli dan penjual harus dibebaskan untuk masuk ke pasar dan bentuk pasar yang ideal adalah pasar persaingan sempurna yang efisien dan akan menguntungkan semua pihak.
                Selama bertahun tahun selanjutnya paham ekonomi neo klasik ini mendominasi Eropa dan Amerika sampai terjadi krisis ekonomi besar besaran tahun 1930. Pada tahun tersebut terjadi inflasi dan pengangguran yang tinggi. Hal tersebut mengejutkan dan tidak bisa diramalkan, karena bertentangan dengan teori teori kaum neo klasik. Menurut teori Say misalnya, “penawaran akan menciptakan permintaanya sendiri” kenyataannya pada tahun krisis tersebut terjadi over produksi besar besaran sedangkan pengangguran terbuka juga tinggi. Penawaran lebih banyak dibanding permintaan. Kondisi tersebut melahirkan seorang ekonom bernama John Maynard Keynes (1883-1946). Keynes akhirnya menjelaskan bahwa teori Say tersebut keliru karena upah masyarakat tidak semuanya dihabiskan untuk konsumsi melainkan sebagian dialihkan pada tabungan dan investasi sehingga permintaan tidak akan mengikuti penawaran. Hal tersebutlah yang menyebabkan barang barang mengalami kelebihan produksi, perusahaan mengalami kerugian, dan terjadi PHK yang menyebabkan pengangguran. Keynes pun juga mengingatkan dan menganjurkan campur tangan pemerintah terhadap perekonomian, namun campur tangan yang tidak berlebihan. Keynespun akhirnya mempelopori kelahiran lembaga moneter internasional IMF (International Monetery Fund). campur tangan pemerintah dalam bidang ekonomi dilakukan melalui kebijakan kebijakan fiskal dan moneter. Kebijakan kebijakan tersebut harus terus oleh pemerintah untuk menghindari inflasi, pengangguran, dan overproduksi.  Ketika pengangguran terjadi misalnya, maka pemerintah harus mengalokasikan anggaran untuk membuat usaha padat karya yang akan menyerap tenaga kerja. ketika terjadi inflasi misalnya, pemerintah juga harus melakukan kebijakan uang ketat.
                Teori teori dari Keynes tersebut dikembangkan oleh pengikut pengikutnya yang sering disebut Keynesian dan pasca Keynesian seperti Alvin Harvey Hansen, Simon Kuznets dan Paul Samuelson. Teori teori Keynes dalam implementasinya berhasil mengatasi krisis dan memulihkan perekonomian hingga terjadi krisis kembali tahun 1970. Pada tahun tersebut terjadi resesi besar besaran dan tingkat pengangguran tinggi. Teori Keynes yang menyatakan bahwa selama masih banyak pengangguran maka selama itu pula pengeluaran masyarakat dapat ditingkatkan tanpa menimbulkan inflasi ternyata tidak terbukti. Harga harga tetap naik. Orang orang kemudian meninjau kembali teori teori Keynes, salah satunya ialah ekonom ekonom University Of Chicago yang dipimpin oleh Milton Friedman (1912- ...). dalam bukunya “A Monetery History Of The United States” Friedman menjelaskan kaitan antara perubahan dalam jumlah uang dalam tingkat kegiatan ekonomi. Friedman menyimpulkan bahwa fluktuasi dalam jumlah uang sebagai penyebab fluktuasi dalam pendapatan nasional. Aliran pemikiran Friedman ini selanjutnya disebut aliran moneteris yang meyakini bahwa untuk mencegah krisis ialah dengan cara mengatur jumlah uang yang beredar. Kebijakan yang harus dilakukan pemerintah ialah kebijakan moneter, mereka tidak suka dengan kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal, menurut Friedman, seringkali tidak efektif karena pemerintah banyak mengalokasikan sumber daya untuk sektor sektor yang tidak produktif. Keyakinan tersebut selanjutnya membuat Friedman menganjurkan sektor swasta untuk diberikan kebebasan seluas luasnya dalam melakukan kegiatan usaha karena swastalah yang paling tahu tentang alokasi anggaran yang produktif yang selanjutnya akan menyerap tenaga kerja, mengurangi pengangguran, meningkatkan produktifitas dan pertumbuhan ekonomi.
Akhirnya, pandangan pandangan tersebut mempengaruhi para pengambil kebijakan di berbagai negara. Inggris ialah pelopor penerapan teori teori Friedman dengan menjual aset aset pemerintah kepada swasta dengan menjual seluruh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mereka. agenda agenda tersebut juga disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia oleh IMF yakni meberikan bantuan kepada negara negara yang tertimpa krisis diserta dengan kebijakan yang harus diimplementasikan di negara tersebut. Kebijakan tersebut dikenal dengan Konsensus Washington. 4 program dasar IMF tersebut diantaranya : (1) pelaksanaan kebijakan anggaran ketat, termasuk penghapusan subsidi negara dalam berbagai bentuknya (2) pelaksanaan liberalisasi sektor keuangan (3) pelaksanaan liberalisasi sektor perdagangan (4) pelaksanaan privatisasi sektor BUMN. dampak konsensus washington tersebut di indonesia diantaranya privatisasi beberapa BUMN seperti indosat, telkom, BNI, PT Tambang Timah, dan Aneka Tambang serta masuknya perusahan perusahan minyak multinasional seperti Shell. [4]
                Kebijakan kebijakan dari ekonom ekonom Chicago tersebutlah yang saat ini dikenal dengan kebijakan neoliberalisme. Dari 40 orang pemenang nobel ekonomi 25 orang diantaranya berasal dari Amerika Serikat dan hampir seluruhnya pernah belajar dan mengajar di University of Chicago. Neoliberalisme hanyalah liberalisme yang telah mencapai tahap yang ektstrim. Neloberalisme mendapatkan pijakan dasarnya melalui pandangan pandangan Friedrich Von Hayek tentang kebebasan yang harus diberikan seluas luasnya kepada swasta dan meminimalkan campur tangan negara terhadap perekonomian. Negara tidak boleh campur tangan untuk mengatasi pengangguran, menetapkan upah untuk pekerja, menetapkan pajak, mengatur suku bunga, mengatur impor dan ekspor, melakukan kegiatan usaha, dan lain lain. menurut Hayek pasar harus dibiarkan dalam keadaan bebas daripada harus diatur oleh pemerintah, karena dengan adanya intervensi pemerintah, pasar akan mengalami distorsi dan justru akan melahirkan semakin banyak masalah baru, seperti semakin bertambahnya jumlah pengangguran. Krisis ekonomi dalam pasar bebas menurut Hayek, hendaknya dibiarkan karena hanya berlangsung sementara, selanjutnya, pasar ekonomi akan kembali stabil.
                Dalam neoliberalisme, logika pasarlah yang berjaya diatas kehidupan publik. termasuk semua pelayanan negara dalam sektor publik harus menggunakan prinsip untung rugi karena negara harus menjalankan prinsip bisnis. Maka dari itu, subsidi dianggap hanya sebagai pemborosan dan inefisiensi seperti subsidi untuk pendidikan dan kesehatan. Sektor tersebut sangat potensial untuk dijadikan lahan bisnis untuk mengeruk keuntungan sebesar besarnya. Tidak ada wilayah kehidupan yang tidak bisa dijadikan komoditi barang jualan. Semangat neoliberalisme adalah melihat seluruh kehidupan sebagai sumber laba korporasi. Bagi kaum neoliberalisme, pendekatan ekonomis memberikan semesta pendekatan paling kompherensip untuk  memahami semua perilaku manusia. Ekonom Ben Fine juga berkomentar, bahwa neoliberalisme menciptakan iklim kultural baru, tata kelola identitas diri dan relasi relasi yang didasarkan pada kapitalisasi kehidupan. Dan David Harvey, guru besar ekonomi politik Harvard mengatakan bahwa neoliberaliasi juga berarti adalah finansialisasi segalanya. [5]

[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Neoliberalisme
[2] Deliarnov. 2005. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta
[3] Suhelmi, Ahmad. 2004. Pemikiran Politik Barat. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
[4] http://id.wikipedia.org/wiki/Neoliberalisme
[5] Harvey, David. 2005. A Brief history of neoliberalisme.


Lutfi Ramdani (Amir)
Menteri Sosial Politik BEM FISIP Unsoed
Mahasiswa Sosiologi 2014



                 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman tes di Bank BRI

Tentang Organisasi: Sebuah Refleksi

Pengalaman Tes SKB CPNS Kemenkumham 2019