Kesejahternaan Dalam Kapitalisme Hanya Ilusi?


Kapitalisme berkembang pada kira kira pada abad ke 17 ketika revolusi industri terjadi di inggris. Penemuan mesin mesin baru sebagai alat berproduksi menggantikan tenaga manusia mengawali perubahan mata pencaharian masyarakat eropa dari masyarakat pertanian menuju masyarakat industri. Kapitalisme juga dicirikan oleh penumpukan modal pada sekelompok orang tertentu. Max weber seorang sosiolog jerman menjelaskan penumpukan modal tersebut terjadi ketika sekelompok pengusaha memaknai harta sebagai jalan menuju surga dan tanda seseorang mendapat berkat dari tuhan.
Kapitalisme mengubah cara berproduksi masyarakat. Masyarakat pada mulanya sebagian besar  bekerja sebagai petani dan peternak, dan sebagian kecil sebagai pengrajin alat alat kebutuhan hidup yang sederhana. Sebagai petani dan peternak, masyarakt banyak bergantung pada alam. Relasi sosial yang terbentuk pada umumnya bercorak feodal yang dipengaruhi oleh strata sosial antara keluarga kerajaan, bangsawan dan rakyat jelata. Ketika kapitalisme tumbuh, muncul kelas sosial baru, yakni kelas sosial pengusaha besar, yang menciptakan relasi sosial baru, relasi buruh dan majikan.  Pengusaha besar membuka pabrik pabrik di kota dan mengundang masyarakat desa untuk hijrah ke kota. Pengusaha menghendaki petani dan peternak untuk meninggalkan pekerjaannya dan pindah ke kota menjadi buruh. Pekerjaan buruh di kota akan meningkatkan keuntungan pengusaha berlipat ganda padahal pengusaha tidak terlibat pada proses produksi sama sekali.
Kapitalisme berdampak besar dalam kehidupan masyarakat. Sejak di mulainya era tersebut, dunia melahirkan penemuan baru dalam berbagai bidang, teknologi, informasi, transpormasi, kedoketran, ilmu penegtahuan, arsitektur, musik, seni, sastra, olahraga, dan lain sebagainya. Data statistik menunjukan dunia belum pernah mengalami kemajuan pesat seperti kemajuan yang terlihat dalam seratus tahun kebelakang di era kapitalisme. Kapitalisme juga melahirkan berbagai nilai dan pandangan hidup baru yang dianut oleh sebagian masyarakat saat ini. Ide tentang kebebasan, demokrasi, hukum, keadilan, perlindungan hak milik pribadi, tumbuh subur dan berkembang dalam masyarakat yang menganut kapitalisme. Dan terakhir, tak lupa disebut, kapitalisme menyediakan kelimpahan materi pada masyarakat. Kebutuhan hidup masyarakat terus dipenuhi bahkan ditingkatkan, dari mulai kebutuhan primer seperti sandang, pangan, dan papan, sampai kebutuhan sekunder dan tersier seperti teknologi informasi, komunikasi dan rekreasi berwujud televisi, hp, komputer, internet, motor, mobil, pesawat, robot, game, taman bermain, dan lain sebagainya. Semuanya diwujudkan dan disediakan oleh kapitalisme.
Karena sumbangan yang begitu besar dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat banyak orang berkata bahwa kapitalisme mebawa kesejahteraan, benarkah demikian? Sukar untuk menjawabnya. Sebelumnya, cobalah kita menunjuk pada diri sendiri, apakah di era ini, dari  tahun ke tahun taraf kehidupan kita maupun keluarga kita mengalami kemajuan? Kita ambil beberapa aspek kehidupan saja. Untuk mengukur kesejahteraan, kita coba mengawalinya dari kebutuhan dasar manusia, sandang, pangan dan papan. Sandang berarti kebutuhan berpakaian. Apakah masyarakat kita telah terpenuhi kebutuhan sandangnya? Tentu harus ada ukuran yang idel untuk menilai apakah kebutuhan sandang seseorang telah terpenuhi, namun sebuah indikator sederhana dapat menjadi ukuran, yakni, berapa kali kita membeli baju dalam setahun? Apakah kita merasa harus mengorbankan uang untuk kebutuhan lain demi membeli baju dalam waktu tertentu, atau memang uang tersebut khusus kita alokasikan untuk baju?
Yang kedua pangan. Coba kita tanya pada diri sendiri, apakah pangan kita terpenuhi dengan layak? Pangan dalam artian yang ideal, yang terpenuhi berbagai nilai gizinya bagi tubuh. Makanan yang kita konsumsi sangat penting karena mempengaruhi pertumbuhan kita baik secara fisik maupun mental. Makanan yang bergizi tentu menyehatkan tubuh dan otak. Namun, apakah selama ini hal tersebut telah kita dapatkan? Ataukah, selama ini kita hanya makan apa adanya dan cenderung tak mempedulikan mana makanan yang begizi dan mana yang tidak. Kita masih berpikir masa bodo terhadap kandungan gizi makanan yang kita makan karena msih berfikir yang penting makan dan kenyang. karena keterbatasan kita untuk mengalokasikan uang bagi pangan.
Dan yang ketiga papan. Apakah kebutuhan papan kita telah terpenuhi. Papan yakni rumah dan tempat tinggal. Berapa banyak diantara kita yang mendiami rumah yang layak yang dari segi keamanan, kenyamanan, dan kesehatannya?  Apakah rumah yang kita tempati benar benar mendukung bagi kita untuk menjalani aktivitas keseharian kita? bagaimana dengan kebutuhan yang lain? kesehatan? dan pendidikan?
Kita menyaksikan saat ini kemampuan masyarakat kita untuk mengkonsumsi cukup tinggi. Dalam beberapa tahun terakhirpun terlihat pendapatan masyarakat meningkat. Mobilitas sosialpun dapat kita saksikan di lingkungan sekitar kita. Misalnya, tetangga kita yang dulu menjadi pedagang kecil sekarang mampu membuka toko dengan kiosnya sendiri. Ataupun saudara kita yang dulu bekerja sebagai karyawan kini promosi jabatan menjadi manajer. Ataupun orang tua kita sendiri yang dahulu menjadi pegawai biasa kini diangkat menjadi pns. Begitupun barang barang yang dimiliki. Jika dahulu kepemilikan hp, laptop, dan kendaraan bermotor hanya segelintir orang kini barang barang tersebut dimiliki banyak orang. Dari anak kecil sampai orang dewasa kini berlomba lomba mengkonsumsi merek terbaru.
Benarkah itu semua tanda kemajuan? Jika kita membandingkan dengan kondisi masa lalu sebenarnya apa yang sekarang kita lihat bukanlah sebuah kemajuan. Kebutuhan masyarakat saat ini sejatinya lebih besar dari apa yang mereka dapatkan. Apa yang mereka konsumsi lebih sedikit dibanding kebutuhan mereka yang amat banyak. Berbeda dengan di masa lalu. Dulu kebutuhan masyarakat sedikit, karena ketersediaan barang juga sedikit, jadi wajar konsumsi masyaratpun sedikit. Tapi di era sekarang, kebutuhan masyarakat sangat banyak, tapi konsumsi mereka sedikit. Masih bingung?
Salah satu hal yang niscaya dalam kapitalisme ialah produksi tanpa henti dan penciptaan kebutuhan baru. Karl marx telah memperingatkan bahwa watak kaiptalisme ialah senantiasa menciptakan kebutuhan kebutuhan baru bagi masyarakat. Ketika kita punya kendaraan misalnya, kita membutuhkan bensin, jalanan yang layak, bengkel, plus uang untuk mengongkosi semua itu, artinya satu kebutuhan, yakni motor, memunculkan setidaknya tiga kebutuhan baru. Apakah kita mampu membayarnya? Ketika kita mempunyai hp misalnya, kita butuh kartu, dan pulsa. Terlebih, dengan adanya berbagai sosial media, hp yang kita miliki harus didukung oleh kemampuan baterai yang tahan lama dan kamera yang canggih. Apakah sebagian besar dari kita mampu memenuhi semua itu? Jikalau iya, apakah bisa dipenuhi sendiri, atau harus dengan mengorbankan kebutuhan dasar yang lain, kesehatan, dan pendidikan misalnya? Kapitalisme akan senantiasa menciptakan masyarakat konsumtif dan akan senantiasa menciptakan kekurangan karena kebutuhan hidup terus meningkat dan bermunculan akan tetapi tidak diimbangi oleh kemampuan daya beli masyarakat. kenapa masyarakat tidak akan pernah bisa memiliki kemampuan untuk mengkonsumsi setiap kebutuhan yang diciptakan kapitalisme? karena distribusi harta dalam kapitalisme sangat timpang. harta majikan dan buruh tidak akan pernah sama.

 Amir Achazia
Mensospol BEM FISIP




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman tes di Bank BRI

Tentang Organisasi: Sebuah Refleksi

Pengalaman Tes SKB CPNS Kemenkumham 2019