Mahasiswa Jurusan Sosiologi, mau jadi apa?



            Mungkin, pertanyaan pertama yang terlintas dalam benak seseorang ketika memilih jurusan kuliah ialah “Nanti setelah lulus, mau kerja dimana?” Mungkin bagi orang yang kuliah di jurusan-jurusan tertentu dia bisa menjawab dengan gampang “dokter, insinyur, akuntan, perawat, guru, dll”. Lalu kalau mahasiwa jurusan sosiologi ditanya seperti itu, lalu jawabannya apa? Di bawah ini hanyalah sedikit pemikiranku tentang jawaban pertanyaan itu, mungkin diantara kalian juga punya jawaban masing-masing. Aku hanya sekedar men-share saja pemikiranku pada teman-teman tanpa bermaksud menggurui ataupun merasa sok paling tahu karena aku sendiri saat ini masih kuliah di jurusan sosiologi. Artinya, kita masih sama-sama belajar oke... let’s go...
            Sebelum aku menjawab pertanyaan tersebut, aku akan sedikit ngejelasin tentang esensi dari kuliah. Setelah itu, aku akan ngejelasin tentang kaitan antara jurusan kuliah dengan dunia kerja .Oke, masuk ke pembahasan pertama, Apa sih itu kuliah? kuliah adalah kegiatan pendidikan di perguruan tinggi atau jenjang pendidikan paling tinggi yang bisa diikuti seseorang. Di Indonesia, kuliah dimulai dari S1, S2, dan S3. Ketika mengambil kuliah, seseorang diharuskan untuk memilih salah satu jurusan agar pendidikannya lebih spesifik. Tapi, jurusan apapun yang dipilih seseorang, ada satu hal fundemental atau hal yang mendasar yang menjadi prinsip yang harus ada dalam setiap jurusan.
Hal yang paling fundemental dan paling mendasar itu adalah rasonalitas atau rasio. Rasionalitas adalah warisan Abad Pencerahan di Eropa yang meyakini bahwa manusia dikaruniai akal untuk memahami alam semesta. Akal manusia memiliki kemampuan untuk berfikir logis dan mendasarkan keyakinanya pada pembuktian. Pembuktian dilakukan melalui dua cara, pertama secara empiris dan kedua, secara logis. Misalnya, kita menyatakan bahwa “mahasiswa jurusan sosiologi FISIP unsoed berpendapat bahwa pemerintahan Jokowi belum berhasil dalam mensejahterakan rakyat”. Hal tersebut dilakukan dengan mengadakan survey terhadap beberapa mahasiswa sosiologi yang telah dipilih melalui sebuah metode penelitian tertentu. Pada intinya, pernyataan tadi bukan datang dari kita secara subjektif, tapi datang dari mahasiswa sosiologi sebagai “objek empiris” yang nyata dan terlihat. Dengan demikian, kebenarannya bisa diterima. Kebenaran seperti itu sering disebut juga kebenaran koresondensi.
Kemudian, pembuktian secara logis dilakukan dengan mengikuti prinsip-prinsip logika. Misalnya, kita menyatakan bahwa “Dulu, Jokowi berjanji untuk tidak menaikan harga BBM, pada kenyataannya sekarang harga BBM naik, jadi kesimpulannya jokowi ternyata telah melanggar janjinya”. Pembuktian logis selalu berkaitan dengan silogisme atau pembuktian premis-premis.  Asalkan premis utamanya benar, maka kesimpulannya menjadi benar.  Kebenaran seperti itu sering juga disebut kebenaran koherensi.
Semua ilmu pengetahuan pasti mengajarkan berfikir secara empiris dan logis untuk memperoleh kebenaran baik korespondensi maupun koherensi, jurusan apapun itu. Hal tersebut agar seseorang tidak mendasarkan keyakinanya pada hal-hal yang tidak empiris dan tidak logis. Mengapa? karena dunia modern yang kita tinggali hari dibangun berdasarkan kebenaran-kebenaran logis dan empiris. Jadi, rumah sakit dibangun dengan keyakinan bahwa sakitnya seseorang dikarenakan penyakit akibat dari pola makan atau pola hidup yang tidak sehat, bukan karena dia terkena kutukan dari Tuhan atau dosa yang dia lakukan. Begitupula seseorang berani membuka sebuah perusahaan dengan keyakinan bahwa orang lain tidak mungkin merampok laba dari perusahaanya karena polisi dan negara menjaga hak miliknya secara hukum.  
Jadi, lembaga pendidikan dibangun dengan tujuan agar seseorang dapat berfikir logis dan empiris karena kehidupan modern dibangun berdasarkan prinsip-prinsip logis dan empiris. Oleh karena itu, jurusan apapun kita, jika kita terbiasa berfikir logis dan empiris, kita akan diterima dan dibutuhkan dalam struktur dan sistem kehidupan modern saat ini.
Lalu, apa kaitannya antara jurusan kuliah dengan dunia kerja? Sebagimana telah aku jelaskan di atas bahwa kuliah adalah lembaga pendidikan yang mengajarkan keterampilan berfikir logis dan empiris. Lalu, jurusan kuliah adalah spesifikasi setelah kita memiliki kemampuan logis dan empiris untuk pengembangan dunia modern itu sendiri. Ada beberapa jurusan kuliah yang secara langsung memiliki hubungan yang linear dengan dunia kerja. Misalnya, kedokteran, keperawatan, akuntansi, teknik sipil, dll. Akan tetapi, ada juga beberapa jurusan yang tidak secara langsung berhubungan secara linear dengan dunia kerja serti ilmu politik, sosiologi, ekonomi, biologi, matematika, fisika, dll. Mengapa? karena jurusan-jurusan tersebut adalah jurusan-jurusan ilmu murni atau pure science dan pembahasannya sangat teoritis. Karena yang dipelajari ialah ilmu murni, idealnya pembahasannya sangat luas dan mendalam sehingga ia memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam pula. Maka, orang-orang yang masuk dalam jurusan-jurusan ilmu murni, ia memiliki kemampuan yang luas dan mendalam terkait dengan bidang yang ia geluti. Dalam dunia kerja, orang-orang tersebut dapat bekerja pada bidang apapun yang berkaitan dengan keilmuannya tersebut.
Lalu, bagaimana dengan sosiologi sebagai salah satu jurusan dari pure science  yang idealnya lulusannya memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang teori-teori sosiologi? Mahasiswa jurusan sosiologi memiliki dua kemampuan utama yakni pertama, kemampuan berfikir logis dan empiris dan kedua, kemampuan untuk memahami dinamika perkembangan masyarakat. Dengan kemampuan yang pertama, dia bisa bekerja di berbagai bidang yang tidak ada kaitannya dengan sosiologi, misalnya pengusaha, pejabat, PNS,  karyawan atau manajer perusahaan. Jadi, buat kalian yang sebenarnya gak mau kerja di bidang-bidang yang berkaitan dengan sosiologi, kalian bisa tingkatkan kemampuan berfikir logis dan empiris kalian. Mulai dari memikirkan fenomena sehari-hari yang menurut kalian itu gak logis dan gak empiris tapi diyakini dan dilakukan orang-orang. Serta, menguasai kemampuan dasar seperti bahasa Inggris. Dengan begitu, kemampuan berfikir logis dan empiris kalian akan terlatih.
Lalu, dengan kemampuan kedua yakni kemampuan memahami dinamika perkembangan masyarakat, mahasiswa lulusan sosiologi bisa bekerja di bidang-bidang yang bekaitan dengan sosiologi dan masyarakat baik lembaga pemerintah maupun nonpemerintah. Misalnya, peneliti sosial, konsultan, pekerja sosial, dinas sosial, dan lain-lain. Kita bisa research atau cari tahu lowongan kerja yang jumlahnya banyak sekali yang bisa dimasuki oleh jurusan sosiologi.
Jadi menurutku, sebagai mahasiswa sosiologi kita tidak usah bingung jika ditanya mau jadi apa setelah lulus nanti. Jika kita ditanya “mau jadi apa nanti setelah lulus?” jawabannya banyak tergantung kita minat di bidang apa. Dulu, jika aku ditanya mau kerja dimana setelah aku lulus, aku menjawab “menjadi politisi!” Tapi, sekarang jika ditanya mau jadi apa nanti setelah lulus, aku menjawab “menjadi pemikir yang bekerja di lembaga think tank atau di lembaga pendidikan seperti kampus alias jadi dosen!”.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman tes di Bank BRI

Tentang Organisasi: Sebuah Refleksi

Pengalaman Tes SKB CPNS Kemenkumham 2019