Kilas Balik Kesan Selama Ramadan



                Bulan Ramadan identik dengan bulan perjuangan. Mulai dari berjuang menahan lapar dan dahaga, berjuang melawan hawa nafsu serta berjuang melawan kemalasan untuk meningkatkan ibadah. Selain itu banyak juga perjuangan yang dilakukan dalam hal muamalah, tergantung kondisi masing-masing, begitupula yang terjadi denganku. Ada saja hal yang aku perjuangkan terjadi pada bulan ramadan. Perjuangan tersebut selalu menimbulkan kesan. Setidaknya ada tiga momen yang aku perjuangkan dan terjadi di bulan Ramadan.
Pertama, bulan ramadan tahun 2016 yang terjadi pada bulan Juni. Tahun tersebut adalah tahun dimana aku benar-benar menikmati kehidupan berorganisasi di kampus. Waktu itu aku menjabat sebagai Menteri Sosial Politik BEM FISIP dan sangat kritis terhada berbagai macam isu yang terjadi baik di kampus maupun di masyarakat. Puncaknya ialah saat aku tergabung dalam Aliansi Soedirman Melawan dan memimpin aksi demontrasi terhadap rektorat untuk menolak kenaikan UKT dan pemberlakuan uang pangkal pada mahasiswa baru. Aku masih ingat waktu itu, aksi terjadi pada tanggal 16-17 Juni 2016. Sejak tanggal 10 sampai hari H tanggal 16, setelah selesai teraweh aku langsung kumpul dengan teman-teman mahasiswa.
Waktu itu posisiku di aliansi sebagai Koordinator Aksi dan Propaganda yang bertugas mengajak mahasiswa untuk mengikuti Aksi pada 16 Juni. Ajakan dilakukan salah satunya melalui pemasangan banner di setiap sudut-sudut kampus. Mulailah pukul 12 hingga pukul 2 malam, bersama temanku, yakni Sujada, yang kelak menjadi ketua BEM Unsoed, kami melakukan “operasi baner” yakni mencopot baner-baner iklan yang tertempel di pinggir-pinggir jalan Kota Purwokerto. Lalu kami kami menulis dengan cat ajakan propaganda di belakang baner yang masih kosong.  Waktu itu, selama 7 hari berturut turut sebelum hari H, “operasi banner” itu dilakukan hingga jam 2 malam. Setelah itu, aku sendiri langsung makan sahur dan langsung tidur, bangun lagi pas sholat subuh jam 5. Jadi, waktu itu aku makan sahur jam 2 malam.


momen ketika wakil rektor 3 memberikan tanggapan atas aksi mahasiswa
              
  Pada hari H, aku terpilih menjadi Koordinator aksi atau Korlap bersama dua temanku yang lain, yakni Ryan dan Didit (Didit sekarang bekerja di Bank BRI cabang Cilacap). Sebagai korlap, tugasku yakni memimpin massa aksi yang berjumlah sekitar seribu lebih dan memastikan bahwa agenda aksi sesuai dengan tujuan semula, yakni terkabulnya tuntutan. Di tengah panas dan haus, aku banyak berorasi dan tetap berusaha agar aksi berjalan sesuai dengan rencana. Akhirnya, beberapa tuntutan kami berhasil, yakni UKT tidak jadi naik dan Uang Pangkal tidak jadi diberlakukan.
                Yang kedua adalah Ramadan tahun 2018. Tahun tersebut adalah tahun keempat aku di kampus. Tahun dimana kesibukan dan tanggung jawabku di organisasi selesai. Tahun dimana aku harus fokus menyelesaikan skripsiku dan lulus. Skripsiku yang judulnya udah di ACC sejak bulan november 2017 baru bisa aku kerjakan secara intensif pada awal Maret. Dan akhirnya, aku bisa mengadakan seminar proposal (semprop) pada tanggal 7 April 2018. Aku masih ingat, itu adalah hari Jumat dan hari terakhir masuk kuliah sebelum libur ramadan. Aku senang sekali karena kalau proposalku tidak di ACC untuk semprop pada tanggal tersebut, tentu aku harus semprop setelah libur lebaran dan itu memakan waktu lama. 

teman teman BEM yang hadir saat seminar proposal



Untuk mengadakan semprop juga tidak mudah, selain menyiapkan materi, juga harus menyiapkan teman minimal 10 orang untuk menjadi peserta seminar karena seminar hanya bisa diadakan kalau dihadiri minimal 10 orang. Mulailah waktu itu aku menghubungi teman-teman yang masih stay di Purwokerto dan belum mudik untuk mendatangi seminar. Dan alhamdulillah banyak teman-teman yang masih belum mudik dan datang ke seminarku. Akhirnya, seminarku berjalan lancar dan nilaiku juga lumayan memuaskan, mendapat nilai lebih dari 80 dari ketiga dosen, hihi. Seminarku tersebut terjadi di bulan ramadan. Di tempatku sudah lazim kalau mahasiswa yang seminar itu harus memberikan merchendise untuk peserta seminar, waktu itu merchendise ku adalah mizone untuk buka puasa hahaha.
                Lalu yang ketiga ialah Ramadan tahun sekarang, yakni tahun 2020. Tahun ini aku sudah lulus dan sudah bekerja sekitar satu tahun di sebuah perusahaan swasta di daerah Cileunyi, Bandung. Ramadan kali ini tidak seperti ramadan ramadan sebelum nya. Ramadan kali ini terjadi ditengah wabah pandemi virus corona atau covid 19. Segala kegiatan yang melibatkan banyak orang, harus dilarang dan dibatasi. Di tempatku juga sudah diberlakukan PSBB yakni Pembatasan Sosial Berskala Besar, banyak polisi yang berjaga di beberapa tempat untuk melakukan check poin seperti Bunderan Cibiru, Dangdeur Rancaekek, dan Parakan Muncang Cimangggung. Di beberapa gang juga sudah terdapat larangan masuk bagi warga luar. Beberapa temanku yang sudah bekerja sudah diliburkan dari tempat kerjanya, namun aku masih masuk. Salah satu alasanannya adalah, karena perusahaanku bergerak di industri keuangan yang masih diperbolehkan beroperasi selama PSBB. Sehingga aku tetap masuk seperti biasa, selain tentu saja dengan menerapkan protokol kesehatan seperti menerapkan phisycal distancing, pakai masker, sarung tangan, handsanitizer, dan vitamin C. Perusahaanku juga menyediakan keperluan tersebut bagi karyawannya.

suasana briefing pagi di kantor

                Hal yang membuatku was-was adalah, kadang-kadang aku harus turun ke lapangan untuk melakukan survey bersama atasanku. Survey tersebut dilakukan ke rumah konsumen dan menanyakan bagaimana kondisi ekonomi mereka. Coba bayangkan, di tengah kondisi seperti ini, aku kadang harus mendatangi 2-3 rumah konsumen setiap hari, padahal tempatku sudah termasuk zona merah. Banyak daerah yang aku masuki terdapat pasien positiv covid 19. Pernah sekali aku dan atasanku sudah jalan naik motor namun di tengah jalan membatalkan kunjungan ke rumah konsumen karena setelah melihat data di internet, di daerah tersebut sudah ada 4 orang pasien yang positif covid-19. Menakutkan bukan.
                Sejak tiga hari yang lalu aku merasakan sedikit demam, tapi tidak batuk. Demam ini sebenarnya sering aku alami, terutama kalau aku masuk angin. Biasanya aku demam malam hari, mungkin karena efek kecapean, lalu waktu bangun tidur sudah biasa lagi. Tapi hari ini, waktu tadi aku bangun pagi masih merasakan sedikit demam dan pusing. Sampai tadi siang kadang saat pakai masker aku merasa agak sedikit sesak nafas. Tapi aku tidak terlalu khawatir, karena gejala ini sebenarnya sudah sering aku alami. Sore tadi aku merasakan lemas dan sangat pusing (mungkin karena efek puasa), tapi alhamdulillah, setelah buka puasa, kondisiku lumayan membaik. Jadi, aku masih bersyukur tidak terjadi apa-apa padaku, ini hanya gejala sakit biasa yang sudah sering aku alami dan sering sembuh sendiri setelah istirahat. Mudah-mudahan selalu seperti itu. Besok, dan hingga ramadan selesai, aku masih harus bekerja dan berjuang di luar rumah di tengah pandemi corona.
                Itulah beberapa kesan yang aku alami selama bulan Ramadan. Ramadan sejak dahulu memang adalah bulan perjuangan, sebagai mana dahulu Rasulullah berjuang memenangkan perang badar pada bulan ramadan. Perjuangan setiap orang di masa kini tentu berbeda-beda, yang penting semua perjuangan tersebut dimaknai dan diniatkan sebagai ibadah, sambil tetap melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim dan meningkatkan ibadah selama bulan ramadan. Terakhir, semoga pandemi ini cepat berlalu dan kita semua bisa beraktifitas kembali dengan normal... aamiin...


               



               















Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman tes di Bank BRI

Tentang Organisasi: Sebuah Refleksi

Pengalaman Tes SKB CPNS Kemenkumham 2019