Sejarah Singkat Neoliberalisme
Neoliberalisme
yang juga dikenal sebagai paham ekonomi neoliberal mengacu pada filosofi
ekonomi-politik akhir abad ke 20 an, sebenarnya merupakan redefinisi dan
kelanjutan dari liberalisme klasik yang dipengaruhi oleh teori perekonomian neo
klasik yang mengurangi atau menolak penghambatan oleh pemerintah dalam ekonomi.
Penciptaan distorsi dan high cost economy yang kemudian akan berujung pada
tindakan koruptif. Paham ini memfokuskan pada pasar bebas dan perdagangan bebas,
merobohkan hambatan untuk perdagangan internasional dan investasi agar semua negara bisa
mendapatkan keuntungan dari meningkatkan standar hidup masyarakat atau rakyat
sebuah negara dan modernisasi melalui efesiensi perdagangan dan mengalirnya
investasi. [1]
Neoliberalisme
sebagai paham ekonomi tak dapat dilepaskan dari sejarah perkembangan pemikiran
dan sistem ekonomi itu sendiri sepanjang sejarah. Jika ditarik kebelakang,
paham neoliberalisme ialah akumulasi dari paham paham ekonomi yang muncul dalam
sejarah yang berangkat dari realitas atau praktek ekonomi masyarakat yang
senantiasa berkembang dan berubah, baik praktek konsumsi, produksi, dan
distribusi sejak masyarakat primitif di masa lalu sampai masyarakat industri
saat ini. Paham neoliberalisme dianggap sebagai puncak pemikiran tertinggi
masyarakat karena hingga saat ini, paham neoliberalisme telah menyebar dan
mempengaruhi rangkaian kebijakan ekonomi setiap negara, bahkan selanjutnya juga
menguasai dan mempengaruhi sektor kehidupan lain di masyarakat, sepeti sektor
pendidikan, kesehatan, budaya, dan agama.
Dalam
tulisan ini, penulis akan menjelaskan secara singkat sejarah terbentuknya paham
neoliberalisme yang merupakan akumulasi dari paham paham yang dapat ditelusuri
dari pandangan pandangan masyarakat sejak zaman dahulu yang dapat dibagi
kedalam tiga fase. Yakni fase pra klasik, klasik, dan neo klasik [2]. Pada fase
pra klasik, pemikiran ekonomi berkembang sejak manusia memikirkan hakikat
kehidupan. Fase tersebut dimulai dimulai di Yunani Kuno, ketika itu Yunani Kuno
merupakan wilayah yang terdiri dari Negara Kota (polis) dengan sistem
pemerintahan yang demokratis yang menjunjung tinggi kebebasan dan persamaan.
Dengan kondisi tersebut di Yunani tumbuh beberapa pemikir cemerlang terutama di
bidang filsafat yang merupakan ibu kandung ilmu pengetahuan. Semua bidang
kehidupan tak luput dari perhatian orang Yunani, tak terkecuali ekonomi.
Dua filosof
besar Yunani, Aristoteles dan Plato, merupakan dua tokoh pertama yang tercatat
dalam sejarah yang mengungkapkan pandangan pandangannya tentang ekonomi. Menurut Plato, masyarakat harus terbagi
kedalam tiga golongan. Yang pertama ialah pengatur/ penguasa, yang kedua
tentara, dan yang ketiga adalah pekerja. Karena tujuan negara ialah mencapai
kebajikan, menurut plato, pengatur/penguasa haruslah orang orang baik (filosof)
dan mereka tidak diperbolehkan memiliki harta atau bekerja untuk mencari harta,
karena harta hanya akan menjerumuskan manusia dan akan melalaikan tugas tugas
kenegaraan. Kebutuhan kebutuhan ekonomis penguasa disediakan oleh kelas
pekerja. Artinya menurut Plato, yang berhak bekerja dan memiliki harta ialah
golongan pekerja dan mereka yang akan membiayai kebutuhan penguasa.
Aristoteles,
murid Plato berpandangan berbeda. Menurut Aristoteles, tujuan sebuah negara
adalah untuk mencapai kebahagiaan (eudaimonia). Kebahagiaan akan dicapai jika
kebutuhan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan hidup
tersebut, ia menyarankan agar masyarakat melakukan pertukaran barang (exchange of commodity) dengan masyarakat
lain. Perdagangan menurut Aristoteles memiliki dua tujuan, yakni untuk kegunaan
(use) atau untuk keuntungan (gain). Aristoteles mengutuk perdagangan
yang ditujukan untuk keuntungan (gain)
maka dari itu Aristoteles menolak keberadaan alat tukar atau uang karena
baginya, uang akan membuat tujuan pertukaran ialah keuntungan (gain).
Selanjutnya,
pemikiran ekonomi pra klasik berlanjut ke masa Skolastik. Masa ini dikenal
sebagai abad pertengahan. Dua pemikir yang mempengaruhi pemikiran ekonomi masa
ini ialah St. Albertus Magnus (1206-1280) dan St. Thomas Aquinas (1225-1274).
Ciri dari pemikiran ekonomi pada masa ini adalah kuatnya hubungan antara
ekonomi dengan persoalan etis. Aktivitas kehidupan masyarakat, termasuk
akativitas ekonomi erat dengan aturan aturan gereja yang ditujukan untuk
kebaikan dan pengabdian kepada Tuhan. Aquinas dalam bukunya yang terkenal
“Summa Theologica” mengutuk bunga karena bunga menurutnya sama dengan riba.
Begitupal Magnus mengungkapkan bahwa harga untuk sebuah barang haruslah adil
dan pantas. Pada masa ini masyarakat dijauhkan dari aktivitas mengejar kenikmatan
duniawi karena hal tersebut dianggap sering menjerumuskan manusia kedalam dosa
yang dikutuk Tuhan.[3]
Setelah fase
Skolastik berlajut ke fase Merkantilisme yang berlangsung pada 1500-1750. Fase ini muncul karena masyarakat Eropa
memberontak terhadap pemikiran pemikiran era Skolastik terutama diawali oleh
pemikir pemikir Renaissance Italia yang terusb berlanjut sampai pada pemikiran
Martin Luther dan John Calvin. Pemikiran pada fase ini menganggap bahwa
kemakmuran sebuah bangsa akan tercapai jika bangsa tersebut melakukan
perdagangan dengan bangsa lain (merchant:
pedagang). Negara harus memperbanyak ekspor dan meminimalisir impor. Banyak
menjual dan sedikit mebeli. Pandangan
ini mirip dengan pemikiran Aristoteles. Paham Merkantilisme ini dianut antara
lain oleh Portugis, Spanyol, Inggris, Perancis, dan Belanda. Paham ini pula
yang mendorong bangsa Bangsa Eropa tersebut untuk menjelajah negeri lain dan
merintis jalan untuk melakukan kolonialisasi. Tokoh tokoh ekonomi pada masa ini
Diantaranya Jean Boudin, Thomas Mund, Jean Baptiste Collbert, Sir William Pety,
Dan David Hume. Beberapa pemikiran saat itu diantaranya ialah pentingnya penguasa
untuk beraliansi dengan para saudagar/ pedagang yang dicetuskan Colbert karena
pajak dari pedagang akan menambah pemasukan bagi negara dan pada saudagar pun
berkepentingan supaya regulasi perdagangan dipermudah, pentingnya aktivitas
kerja dibanding tanah juga oleh dicetuskan Petty. Petty bahkan dianggap oleh
Friedrich Engels sebagai “The Father Of
Modern Political Economy”. Era ini juga sering disebut sebagai era Kapitalisme
Saudagar.
Zaman pra
klasik berakhir pada fase Fisiokratis. Fase Fisiokratis ialah fase dimana
muncul pemikiran bahwa kemakmuran sebuah bangsa bukan ditentukan oleh
perdagangan dengan bangsa lain seperti menurut pemikir pemikir Merkantilisme,
melainkan ditentukan oleh pemanfaatan sumber daya alam sebuah negara. Salah satu
tokoh Fisiokratis ialah Francis Quesnay (1694-1774). Kekayaan alam sebuah
negara dapat berupa pertania, perairan, maupun pertambangan. Quesnay membagi
masyarakat kedalam 4 golongan. Yakni pertama golongan masyarakat produktif,
yang mengolah pertanian, pertambangan, dan peternakan. Yang kedua golongan masyarakat tuan tanah,
mereka ialah para penghisap yang tidak bekerja tapi mendapat untung. Yang
ketiga golongan tidak produktif, yakni para saudagar dan pengrajin, mereka
tidak produktif karena hanya memindahkan/mengubah barang dari satu tempat ke
tempat lain/ mengubah dari satu barang menjadi barang lain. Dan golongan
keempat ialah masyarakat buruh/ labour, yakni masyarakat yang mendapat upah
dari tenaganya.
Zaman
pra klasik diakhiri oleh kemunculan pemikiran ekonomi dari ekonom inggris
bernama Adam Smith (1729-1790). Bukunya yang paling berpengaruh ialah “The Wealth Of Nations” atau “Kemakmuran
Bangsa Bangsa”. Smith juga dianggap sebagai bapak liberalisme ekonomi karena ia
adalah orang pertama yang mengemukakan pandangan bahwa kegiatan ekonomi jika
ingin mencapai pertumbuhan dan kemajuan harus dibiarkan berlangsung tanpa
campur tangan pemerintah. Smith juga menegaskan bahwa watak manusia pada
hakikatnya ialah serakah. Namun keserakahan itu justru akan mengantarkan manusia
pada kemajuan dalam segala bidang. Setiap tindakan yang dilakukan manusia ialah
menurut kepentingan diri sendiri (self
interest) bukan karena belas kasihan. Orang akan bertindak jika ia mendapat
insentif atau imbalan akan tindakannya. Orang juga akan giat berlomba lomba
untuk melakukan penemuan penemuan jika ia tau kalau penemuannya tersebut
dihargai tinggi.
Kesejahteraan
masyarakat menurut Smith akan dicapai dengan sendirinya dalam pasar bebas.
Pasar bebas ialah sebuah istilah dimana harga harga ditentukan oleh mekanisme
pasar, bukan ditentukukan oleh pemerintah. Pasar bebas juga berarti sedikitnya
campur tangan pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Yang akan mengendalikan
harga ialah tangan tak terlihat (invisible
hand). Logika Adam Smith untuk menuju masyarakat makmur ialah sebagai
berikut: seorang produsen akan memproduksi barang, produsen tidak akan mencapai
laba yang sangat tinggi dengan mematok harga barang yang mahal melebihi biaya
produksi karena barang yang harganya sangat tinggi tidak akan laku dan menarik
pembeli. Dengan menaikan harga sedikit
saja dari biaya produksi maka produsen akan mendapat untung dari penjualan
sebuah barang. Keuntungan tersebut akan mendorong orang orang untuk memproduki
barang yang sama, dengan demikian akan terjadi persaingan harga dan kualitas
antar produsen untuk memuaskan konsumen. Yang diuntungkan dari kondisi tersebut
ialah konsumen karena barang barang menjadi murah dengan berbagai macam varian
dan inovasi. Pada kondisi yang seperti itulah sebuah bangsa akan mencapai
kemakmuran kata Smith, yakni ketika sistem produksi dan konsumsi diserahkan
kepada mekanisme pasar, barang barang akan melimpah dan mudah dijangkau
masyarakat.
Pemikiran
Smith dilanjutkan oleh beberapa pengikutnya Seperti Thomas Malthus, David
Ricardo, Jean Baptiste Say, Dan John Staurt Mill. Inti pemikiran mereka ialah
bahwa perekonomian sebuah bangsa akan mencapai kemajuan dan pertumbuhan jika
diserahkan pada mekanisme pasar. Campur tangan pemerintah dalam bidang ekonomi,
dalam penentuan harga, pajak, impor, dan ekspor justru akan mengurangi dan
menghambat pertumbuhan dan kemajuan ekonomi.
Selanjutnya,
pemikiran ekonomi klasik tersebut mendominasi eropa dan berbarengan dengan
revolusi industri yang terjadi dengan penemuan teknologi dalam produksi. Eropa
mengalami perubahan dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri. Para
petani yang bermukim di desa desa berbondong bondoh pindah ke kota dan bekerja
menjad buruh buruh pabrik. Namun kondisi tersebut justru malah memperparah keadaan
para buruh karena kerja mereka dibayar murah sedangkan para pemilik pabrik yang
disebut kelas borjuis mendapat keuntungan yang banyak. Era tersebut disebut era
kapitalisme. Hal tersebut akhirnya memunculkan kritik dan melahirkan seorang
ilmuwan sosial dan ekonomi bernama Karl Heinrich Marx yang menawarkan konsep
masyarakat komunisme. Marx mengkritik habis habiskan Kapitalisme, bersama
kawannya Friedrich Engels. Marx menganggap
sistem kaiptalisme sebagai sistem yang “tidak berperikemanusiaan, kejam, dan tidak
berperasaan”. Marx mengecam kepemilikan pribadi karena menyebabkan masyarakat
berbeda dan berkonflik. Marx meramalkan kapitalisme dengan ciri pasar bebasnya
akan runtuh dengan sendirinya karena kaum buruh akan memberontak dan melakukan
revolusi atas sistem kapitalisme yang tidak adil dan menghisap.
Kritik
kritik Marx terhadap kapitalisme akhirnya melahirkan beberapa pembela
kapitalisme itu sendiri yang sering disebut sebagai kaum Neo Klasik. Tokoh
tokoh neo klasik Diantaranya W Stanley Jevons, Leon Walras, Carl Menger, Dan
Alfred Marshall. Beberapa pokok pikiran dari kaum neo klasik ini misalnya
pendekatan marginal dari Heinrich Gossen. Pendekatan marginal adalah
pengaplikasian kalkulus terhadap tingkah laku konsumen dan produsen serta harga
harga di pasar. Hukum Gossen I berbunyi “faidah tambahan dari pengkonsumsian
suatu macam barang akan semakin turun jika barang yang sama dikonsumsi semakin
banyak” dan Hukum Gossen II berbunyi “sumber daya dan dana yang tersedia selalu
terbatas secara relatif untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang relatif tak
terbatas”. Carl Menger juga mengemukakan tentang utilitas marginal yang
membantah teori Marx tentang konsumsi bahwa kepuasan mengkonsumsi barang hanya
berada pada titik marginal jika melebihi itu maka kepuasan itu akan hilang.
Kenyataan tersebut tidak akan menyebabkan perusahaan melakukan over produksi
yang menyebabkan buruh dieksploitasi habis habisan untuk bekerja dan
menghasilkan barang. Dengan sendirinya produksi akan menyesuaikan dengan
konsumsi masyarakat. Tokoh neo klasik lain yang paling berpengaruh diantaranya
Friedrich August Von Hayek yang dilahir tahun 1899 di Austria namun mendapat
kewarganegaraan inggris dan menamatkan pendidikannya di Universty of Wina. Ia
mengembangkan teori siklus perdagangan dan integrasi modal. Hayek ini
selanjutnya merupakan pembela paling gigih sistem kapitalisme dan liberalisme
yang ekstrim. Ia mengecam sosialisme dan menganjurkan campur tangan pemerintah
terhadap kegiatan ekonomi dihapuskan. Ia mengecam sistem komando dan perencanaan
terpusat karena sistem tersebut akan mengacaukan sistem pasar yang bekerja
secara alamiah, menghambat kebebasan dan inisiatif pribadi, licik dan penuh
motif politik. Hayek dan murid muridnya selanjutnya menamai dirinya sebagai
kaum libertarian. Pemikiran Hayek nanti akan dipaparkan lagi dibawah karena
pikiran pikiran Hayek inilah yang banyak memperngaruhi praktek neoliberalisme
saat ini.
Tokoh
neo klasik lainnya ialah Alfred Marshall (1842-1924) yang merupakan lulusan
dari Cambrigde University. Marshal menolak asusmi asumsi para pemikir klasik
yang menganggap harga ditentukan oleh biaya produksi yakni barang dan upah
buruh yang artinya ditentukan pada sisi penawaran. Marshalpun menolak asumsi
Jevons, Menger, dan Walras bahwa harga ditentukan oleh permintaan. Menurut Marshall,
harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Pembeli dan penjual harus
dibebaskan untuk masuk ke pasar dan bentuk pasar yang ideal adalah pasar
persaingan sempurna yang efisien dan akan menguntungkan semua pihak.
Selama
bertahun tahun selanjutnya paham ekonomi neo klasik ini mendominasi Eropa dan Amerika
sampai terjadi krisis ekonomi besar besaran tahun 1930. Pada tahun tersebut
terjadi inflasi dan pengangguran yang tinggi. Hal tersebut mengejutkan dan
tidak bisa diramalkan, karena bertentangan dengan teori teori kaum neo klasik.
Menurut teori Say misalnya, “penawaran akan menciptakan permintaanya sendiri”
kenyataannya pada tahun krisis tersebut terjadi over produksi besar besaran
sedangkan pengangguran terbuka juga tinggi. Penawaran lebih banyak dibanding
permintaan. Kondisi tersebut melahirkan seorang ekonom bernama John Maynard
Keynes (1883-1946). Keynes akhirnya menjelaskan bahwa teori Say tersebut keliru
karena upah masyarakat tidak semuanya dihabiskan untuk konsumsi melainkan
sebagian dialihkan pada tabungan dan investasi sehingga permintaan tidak akan
mengikuti penawaran. Hal tersebutlah yang menyebabkan barang barang mengalami
kelebihan produksi, perusahaan mengalami kerugian, dan terjadi PHK yang
menyebabkan pengangguran. Keynes pun juga mengingatkan dan menganjurkan campur
tangan pemerintah terhadap perekonomian, namun campur tangan yang tidak
berlebihan. Keynespun akhirnya mempelopori kelahiran lembaga moneter
internasional IMF (International Monetery
Fund). campur tangan pemerintah dalam bidang ekonomi dilakukan melalui
kebijakan kebijakan fiskal dan moneter. Kebijakan kebijakan tersebut harus
terus oleh pemerintah untuk menghindari inflasi, pengangguran, dan
overproduksi. Ketika pengangguran
terjadi misalnya, maka pemerintah harus mengalokasikan anggaran untuk membuat
usaha padat karya yang akan menyerap tenaga kerja. ketika terjadi inflasi
misalnya, pemerintah juga harus melakukan kebijakan uang ketat.
Teori
teori dari Keynes tersebut dikembangkan oleh pengikut pengikutnya yang sering
disebut Keynesian dan pasca Keynesian seperti Alvin Harvey Hansen, Simon
Kuznets dan Paul Samuelson. Teori teori Keynes dalam implementasinya berhasil
mengatasi krisis dan memulihkan perekonomian hingga terjadi krisis kembali tahun
1970. Pada tahun tersebut terjadi resesi besar besaran dan tingkat pengangguran
tinggi. Teori Keynes yang menyatakan bahwa selama masih banyak pengangguran
maka selama itu pula pengeluaran masyarakat dapat ditingkatkan tanpa
menimbulkan inflasi ternyata tidak terbukti. Harga harga tetap naik. Orang
orang kemudian meninjau kembali teori teori Keynes, salah satunya ialah ekonom
ekonom University Of Chicago yang dipimpin oleh Milton Friedman (1912- ...).
dalam bukunya “A Monetery History Of The
United States” Friedman menjelaskan kaitan antara perubahan dalam jumlah
uang dalam tingkat kegiatan ekonomi. Friedman menyimpulkan bahwa fluktuasi
dalam jumlah uang sebagai penyebab fluktuasi dalam pendapatan nasional. Aliran
pemikiran Friedman ini selanjutnya disebut aliran moneteris yang meyakini bahwa
untuk mencegah krisis ialah dengan cara mengatur jumlah uang yang beredar. Kebijakan
yang harus dilakukan pemerintah ialah kebijakan moneter, mereka tidak suka
dengan kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal, menurut Friedman, seringkali tidak
efektif karena pemerintah banyak mengalokasikan sumber daya untuk sektor sektor
yang tidak produktif. Keyakinan tersebut selanjutnya membuat Friedman
menganjurkan sektor swasta untuk diberikan kebebasan seluas luasnya dalam
melakukan kegiatan usaha karena swastalah yang paling tahu tentang alokasi
anggaran yang produktif yang selanjutnya akan menyerap tenaga kerja, mengurangi
pengangguran, meningkatkan produktifitas dan pertumbuhan ekonomi.
Akhirnya,
pandangan pandangan tersebut mempengaruhi para pengambil kebijakan di berbagai
negara. Inggris ialah pelopor penerapan teori teori Friedman dengan menjual
aset aset pemerintah kepada swasta dengan menjual seluruh Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) mereka. agenda agenda tersebut juga disebarluaskan ke seluruh
penjuru dunia oleh IMF yakni meberikan bantuan kepada negara negara yang
tertimpa krisis diserta dengan kebijakan yang harus diimplementasikan di negara
tersebut. Kebijakan tersebut dikenal dengan Konsensus Washington. 4 program
dasar IMF tersebut diantaranya : (1) pelaksanaan kebijakan anggaran ketat,
termasuk penghapusan subsidi negara dalam berbagai bentuknya (2) pelaksanaan
liberalisasi sektor keuangan (3) pelaksanaan liberalisasi sektor perdagangan
(4) pelaksanaan privatisasi sektor BUMN. dampak konsensus washington tersebut
di indonesia diantaranya privatisasi beberapa BUMN seperti indosat, telkom,
BNI, PT Tambang Timah, dan Aneka Tambang serta masuknya perusahan perusahan
minyak multinasional seperti Shell. [4]
Kebijakan
kebijakan dari ekonom ekonom Chicago tersebutlah yang saat ini dikenal dengan
kebijakan neoliberalisme. Dari 40 orang pemenang nobel ekonomi 25 orang
diantaranya berasal dari Amerika Serikat dan hampir seluruhnya pernah belajar
dan mengajar di University of Chicago. Neoliberalisme hanyalah liberalisme yang
telah mencapai tahap yang ektstrim. Neloberalisme mendapatkan pijakan dasarnya
melalui pandangan pandangan Friedrich Von Hayek tentang kebebasan yang harus
diberikan seluas luasnya kepada swasta dan meminimalkan campur tangan negara
terhadap perekonomian. Negara tidak boleh campur tangan untuk mengatasi
pengangguran, menetapkan upah untuk pekerja, menetapkan pajak, mengatur suku
bunga, mengatur impor dan ekspor, melakukan kegiatan usaha, dan lain lain.
menurut Hayek pasar harus dibiarkan dalam keadaan bebas daripada harus diatur
oleh pemerintah, karena dengan adanya intervensi pemerintah, pasar akan
mengalami distorsi dan justru akan melahirkan semakin banyak masalah baru,
seperti semakin bertambahnya jumlah pengangguran. Krisis ekonomi dalam pasar
bebas menurut Hayek, hendaknya dibiarkan karena hanya berlangsung sementara,
selanjutnya, pasar ekonomi akan kembali stabil.
Dalam
neoliberalisme, logika pasarlah yang berjaya diatas kehidupan publik. termasuk
semua pelayanan negara dalam sektor publik harus menggunakan prinsip untung
rugi karena negara harus menjalankan prinsip bisnis. Maka dari itu, subsidi
dianggap hanya sebagai pemborosan dan inefisiensi seperti subsidi untuk
pendidikan dan kesehatan. Sektor tersebut sangat potensial untuk dijadikan
lahan bisnis untuk mengeruk keuntungan sebesar besarnya. Tidak ada wilayah
kehidupan yang tidak bisa dijadikan komoditi barang jualan. Semangat
neoliberalisme adalah melihat seluruh kehidupan sebagai sumber laba korporasi. Bagi
kaum neoliberalisme, pendekatan ekonomis memberikan semesta pendekatan paling
kompherensip untuk memahami semua perilaku
manusia. Ekonom Ben Fine juga berkomentar, bahwa neoliberalisme menciptakan
iklim kultural baru, tata kelola identitas diri dan relasi relasi yang
didasarkan pada kapitalisasi kehidupan. Dan David Harvey, guru besar ekonomi
politik Harvard mengatakan bahwa neoliberaliasi juga berarti adalah finansialisasi
segalanya. [5]
[1]
http://id.wikipedia.org/wiki/Neoliberalisme
[2] Deliarnov. 2005. Perkembangan
Pemikiran Ekonomi. PT Raja Grafindo Persada : Jakarta
[3] Suhelmi, Ahmad. 2004.
Pemikiran Politik Barat. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
[4] http://id.wikipedia.org/wiki/Neoliberalisme
[5] Harvey, David. 2005. A Brief
history of neoliberalisme.
Lutfi Ramdani (Amir)
Menteri Sosial Politik BEM FISIP Unsoed
Mahasiswa Sosiologi 2014
Komentar
Posting Komentar