Pikiran mahasiswa semester akhir
Diakhir
masa kuliahku di kampus saat ini, banyak hal yang terlintas di kepalaku. Aku sudah
mengatakan pada diriku sendiri bahwa aku sudah rela jika aku tidak wisuda di
bulan desember besok. Jika di pikir-pikir lagi, wisuda desember atau maret sama
saja, asalkan aku bisa pendadaran di bulan ini. Untuk melamar kerja, aku bisa
mengajukan percepatan ijazah sehingga tidak perlu menunggu sampai maret. Aku
juga tidak berani minta atau bilang ke dosenku bahwa aku ingin wisuda desember
karena itu pragmatis sekali. Secara logika, skripsi yang di ACC itu karena isi
nya sudah layak di uji, bukan karena penyusunnya ingin segera
wisuda. Jadi fenomena orang yang ingin segera di ACC karena ingin segera wisuda adalah fenomena logika fallacy.
Salah
satu hal yang mengganggu pikiranku ialah apa dunia yang akan aku masuki setelah
aku lulus. Mungkin hal ini juga dipikirkan oleh mahasiswa lain di akhir
studinya. Awalnya aku sendiri bercita-cita masuk dalam dunia politik. Akan
tetapi, setelah dipikir-pikir lagi usiaku masih muda sedangkan posisi politik
kebanyakan diisi oleh orang-orang tua. Sempat terlintas dalam benakku untuk
menjadi staf ahli DPR sebagai pintu masuk dalam dunia politik. Akan tetapi, aku
berpikir kembali bahwa aku merasa kemampuanku masih kurang dan harus lebih
banyak belajar.
Di
sisi lain, kadang-kadang aku juga jenuh melihat situasi dan kondisi politik di
Indonesia. Aku melihat banyak orang yang masuk dunia politik dengan tujuan
untuk mencari kekayaan atau meningkatkan ekonominya. Politik sebenarnya ialah
pengabdian, bukan pekerjaan. Artinya, orang yang masuk dunia politik tidak akan
kaya atau tidak akan mendapat banyak uang. Jika niatku masuk dalam dunia
politik untuk mencari uang atau menjadikan dunia politik sebagai penghasilan
utamaku, niat awalku sudah salah. Persoalan lain ialah kenyataan bahwa aku
kurang memiliki kemampuan interpersonal yang baik sehingga sulit menjalin
relasi dengan orang lain. Hal tersebukti di BEM FISIP, meskipun aku bisa
menjadi presiden, aku kurang sukses menjalin relasi dengan seluruh elemen
kampus. Padahal, kemampuan interpersonal yang baik adalah salah satu syarat
utama bagi seseorang yang ingin sukses dalam dunia politik.
Kadang-kadang,
aku ingin menjadi orang bekerja dalam dunia profesional. Artinya, pekerjaan
orang tersebut menghasilkan barang atau jasa yang dikonsumsi. Pengusaha,
karyawan perusahaan besar, penulis, artis, penyanyi, atlet dan lain-lain.
Orang-orang tersebut mendapat penghasilan karena mampu menyediakan kebutuhan
masyarakat, baik materil maupun nonmateril. Sedangkan, orang-orang yang mencari
uang melalui dunia politik kebanyakan hanya sekedar mengandalkan kemampuan
retorika semata, tanpa menghasilkan sesuatu yang kongkrit. Buruh yang bekerja
di pabrik lebih terhormat dibanding politisi yang digaji hanya dengan menjual
janji palsu dan gagasan yang gak bermutu.
Akhirnya,
akhir-akhir ini terlintas dalam benakku untuk menjadi seorang pemikir murni
yang nantinya bekerja di lembaga think tank atau menjadi dosen di kampus. Hal
itu juga didukung oleh minatku yang cukup besar pada ilmu pengetahuan, terutama
hal-hal yang berkaitan dengan teori dan analisis. Mungkin aku masih bisa masuk
dalam dunia politik, tapi bukan sebagai politikus melainkan sebagai pengamat
atau analis politik. Selain politik, aku juga punya minat yang besar terahaap
islamic studies. Kebetulan skripsiku juga membahas mengenai islamic studies. Nampaknya, setelah lulus nanti aku ingin
langsung melanjutkan studi S2 dengan beasiswa full agar tidak membebani
orang tuaku. Kemarin aku berfikir untuk mencoba daftar beasiswa Erasmus Mundus,
sebuah beasiswa Uni Eropa. Hal yang perlu disiapkan terlebih dahulu adalah
kemampuan bahasa Inggris. Namun, karena akhir-akhir ini aku fokus mengerjakan
skripsi, persiapan bahasa inggrisku harus tertunda dulu. Ya semoga
skripsiku cepat selesai dan mulai menyiapkan tahap kehidupan selanjutnya.
Karena terbiasa menulis skripsi dari kemarin, bahasa di blog ini jadi baku dan formal. wkwkwk
Karena terbiasa menulis skripsi dari kemarin, bahasa di blog ini jadi baku dan formal. wkwkwk
Komentar
Posting Komentar