Yakin kamu benar?
Manusia
memiliki banyak kepentingan. Namun setiap orang tak dapat mengetahui
kepentingan seseorang dibalik perbuatan yang dilakukannya. Sebagian pihak
menuduh ISIS misalnya dengan tuduhan tuduhan yang negative. Mereka beranggapan
ISIS hanya menggunakan agama untuk meraih kekuasaan politik dan kemapanan
ekonomi. Dapatkah kita berfikir tuduhan tersebut keluar dari mulut siapa? Sedangkan orang orang ISIS juga berkata bahwa
pemerintah dan kaum elit ekonomi saat ini menggunakan agama sebagai alat untuk
melanggengkan kekuasaan politik dan kemapanan ekonomi. Mereka, para penguasa
itu, buta akan ketidak adilan hukum disana sini, dan tuli terhadap kesenjangan
ekonomi yang menimpa masyarakat.
Sementara itu
mereka terus berdalih bahwa agama tidak mengajarkan kekerasan, padahal banyak
orang yang tersiksa karena kesulitan ekonomi, mereka berkata agama mengajarkan
orang untuk berusaha dan berikhtiar, padahal banyak orang yang berusaha namun
ia dibatasi oleh peraturan dan hukum yang menyengsarakan dan tidak memihak,
mereka berkata agama mengajarkan kebersamaan dalam perdamaian, padahal saat ini
dibalik kebersamaan itu timbul kesenjangan yang sangat lebar, antara si miskin
dan si kaya dan antara yang hidup mewah dan yang serba susah! Mana mungkin
perdamaian itu dapat dicapai?
Sikap
seseorang tergantung dimana ia berpijak. Pandangan sekelompok orang ditentukan
oleh kondisi sosial, ekonomi, dan politik mereka. Maka ada pepatah mengatakan
“tak ada kebenaran objektif” atau manusia tidak dapat menentukan satu kebenaran
mutlak atas sebuah kasus. Ia selalu terikat pada persfektifnya sendiri. Ia
terikat pada sudut pandangnya sendiri. ia terikat pada subjektifitasnya
sendiri.ia terikat pada orang orang yang diwakilinya. Ia terikat pada pengetahuannya
yang ia ketahui. Tidak ada kebenaran mutlak bagi manusia. Rasanya itu yang saat
ini diyakini semua kaum intelektual!
Dalam
dunia Islam kita mengenal sejarah perebutan kekuasaan antara Ali dan Muawiyyah.
Ketika Muawiyyah mengambil tampuk kekuasaan dan ia memproklamirkan sebagai
penerus kerajaan Islam dan penerus ajaran Nabi Muhammad. Sementara para
pendukung Ali, mencela Muawiyyah sebagai orang yang dzalim dan haus kekuasaan.
Para pendukung Ali, yang dikenal dengan kelompok Syiah, mulai menjauhkan diri
dari pemerintahan. Mereka tidak mau mendukung dan mengakui pemerintahan dzalim
Muawiyyah. Secara tekstual Rezim Bani Umayyah mengatakan bahwa mereka penerus ajaran
Nabi Muhammad. Namun raja raja faktanya mereka berbuat dzalim disana sini.
Seperti perlakuan Yazid terhadap cucu rasulullah. Dan mereka hidup mewah
mewahan di istana sementara dipenjuru negeri orang masih banyak yang melarat.
Rezim Bani Umayyah dzalim! Teriak orang syiah! Mereka penipu! Begitupun para
ulama mereka ikut melanggengkan kerajaan Bani Umayyah! Ulama kafir! Teriak
orang syiah!
Di
istana, para elit pemerintah sibuk meredam pemberontakan disana sini. Mereka
berusaha meyakinkan masyarakat Islam bahwa ketaatan terhadap khalifah adalah
wajib. Khalifah sah saat ini adalah Muawiyyah. siapa yang menentang Muawiyyah
maka dia adalah pemberontak dan halal dibunuh. Mereka menggunakan hadits hadits
dari nabi yang mendukung kedudukan mereka. Maka merekapun menghabisi para
pemberontak, termasuk kaum syiah, supaya tidak ikut campur dalam urusan
politik.
Lihatlah,
kita dapat menganalisa dari kasus diatas. Kaum syiah, memberontak kepada
pemerintahan Muawiyyah dan Dinasti Abbasiyyah karena menganggap Muawiyyah buta
pada kejahatan yang dilakukan terhadap keluarga nabi. hal tersebut diucapkan
ketika merka hidup diluar pemerintahan dan otomatis tidak memiliki kedudukan
politik dan kemapanan ekonomi. Sementara itu pihak Muawiyyah dan kalangan elit
istana mengatakan, kelompok Syiah hanyalah kelompok yang ingin mengincar
kekuasaan dan kemapanan ekonomi berkedok agama.
Maka
dari itu, pendapat kita terhadap sebuah peristiwa sangat ditentukan oleh posisi
kita. kita menolak atau menerima kenaikan BBM tergantung pada kondisi ekonomi
kita sendiri. kita mendukung atau tidak mendukung pemerintahan Jokowi tegantung
pada jabatan kita sendiri. Jika posisi dan jabatan ternyata tidak berpengaruh,
maka elemen lainnya adalah pengetahuan kita. kita menolak atau menerima
kenaikan BBM terantung paa pengetahuan kita apa manfaat dan kerugian dari
kenaikan BBM tersebut, dan kita mendukung atau tidak mendukung pemerintahan
Jokowi tergantung pada pengetahuan kita tentang manfaat dan kerugian setiap
kebijakan pemerintah Jokowi. Inilah kebenaran!
Benarkah
pernyataan bahwa kedudukan dan pengetahuan kita menentukan pendapat kita
terhadap sesuatu adalah suatu kebenaran? Jawabannya tergantung anda. Seorang
bijak pernah berkata ”jika kamu mencari kedamaian dan kebahagiaan, maka percayalah
(tanpa banyak bertanya) dan jika kamu mencari kebenaran, maka carilah (ragukanlah
segala sesuatu) !”
Komentar
Posting Komentar