Kamuflase Kehidupan
Dimuat di Buletin Kopkun Corner edisi Januari 2015
Hari terlihat
mulai gelap. Lembayung senja berjalan
iringi mentari yang bergerak tenggelam ke ufuk barat. Terang hendak
berlalu. Angin berhembus lembut berdesir mengugurkan daun daun pohon yang kering. Di
sebuah bangku di sudut kota duduk seorang pria yang memegang kepalanya.
Disampingnya terparkir mobil Toyota Fortuner keluaran terbaru berwarna hitam mengkilap. Lalu lalang
kendaraan dengan bunyi mesin yang menderu deru sama sekali tidak di
hiraukannya. Terlihat air matanya menetes dari kedua pipinya.
“aku
pria yang jahat” gumam Pak Burhan. “aku bukan seorang ayah yang baik”. Ia terus
mengeluh “aku suami yang tidak bertanggung jawab” ia terus mngutuk dirinya
sendiri. dibalik kemewahan yang ia miliki, ia terbelenggu oleh kehidupan yang
justru mencelakakannya. Fikirannya melayang layang ke anak gadisnya yang saat
ini sedang kritis di rumah sakit. Anaknya tersebut hamil dan berusaha untuk
menggugurkan kandungannya dengan menelan pil aborsi yang akhirnya membuatnya
mengalami pendarahan. Ketika ia mengantarkan anaknya ke rumah sakit, ia
mendapat telpon bahwa anaknya yang laki laki tertangkap polisi sedang menghisap
nakoba disebuah apartemen bersama teman temannya. Iapun bingung dan tertekan
seketika. Langit seolah olah runtuh menimpanya.
Kehidupannya
yang serba sibuk membuat istrinya menyeleweng. Suatu ketika sebelum musibah
yang menimpa anak anaknya tersebut, ia berencana bisnis ke luar kota selama 1
minggu. Namun ternyata bisnisnya tersebut selesai hanya 3 hari. Iapun pulang.
Namun ia menjumpai istrinya yang membawa laki laki lain kerumahnya. Hal
tersebut membuatnya marah besar. Ia tidak menyangka istrinya yang begitu ia cintai
malah selingkuh di belakangnya. Iapun menyuruh istrinya pergi dari rumahnya
tersebut.
Kini,
disebuah bangku di sudut kota. Ia menangis sendiri. merenungi nasibnya. Ia
seorang pekerja keras dan pria yang sukses dalam bisnis. Namun keluarganya
hancur. Ia mengakui, ia jarang meluangkan waktu dengan istri dan anak anaknya.
Yang ia fikirkan hanyalah bisnis, bisnis, dan bisnis. Ia mampu menyediakan
kebutuhan materi bagi keluarganya. rumah mewah, mobil, handphone, perhiasan,
pakaian, dan peralatan mewah lainnya. Ia berfikir bahwa pemberiannya tersebut
akan membahagiakan mereka.
Ditengah
kecemasan dan kepanikan yang melanda hatinya, ia melihat seorang pedagang
keliling yang sedang mendorong roda dagangannya. Ia diikuti oleh kedua anaknya.
Mereka terlihat riang gembira. Usia kedua anaknya tersebut kecil kecil, yang
satu perempuan dan yang satu laki laki. Kmudian terdengar obrolan diantara
mereka.
“pak
kenapa sih bapak tidak bekerja di gedung gedung yang tinggi ini pak ”Tanya
anaknya yang laki laki sambil menunjuk gedung yang tinggi menjulang.
“pertanyaan yang bagus nak, bapak tidak bekerja disitu karena bapak orang
bodoh, sedangkan yang bekerja disitu adalah orang orang pintar” lalu anaknya
yang perempuan menyahut ‘aku ingin jadi orang pintar pak, biar bisa kerja
disini, biar aku punya banyak uang dan jadi orang kaya pak” teriak anaknya
dengan semangat. “aku juga pak, aku ingin jadi orang pintar, tapi aku tidak
ingin bekerja didalamnya, aku ingin membangun gedung gedung yang tinggi ini
buat jualan bapak, jadi bapak tidak harus mendorong gerobak ini lagi untuk
jualan, bapak tinggal duduk aja di gedung yang aku bangun buat jualan bapak, pasti
banyak yang beli pak, dan kita akan jadi orang kaya”.
Mendengar celotehan anaknya tersebut,sang bapak hanya tersenyum dalam hatinya ia besyukur dikaruniai dua orang anak yang lucu dan perang. Ia mengernyitkan dahinya sambil berucap”nak, pasti kalian bisa mencapai apa yang kalian inginkan, namun kalian harus ingat, harta itu tidak menjamin kebahagiaan seseorang. Harta hanyalah jalan untuk mencapai kebahagiaan, bukan kebahagiaan itu sendiri. meskipun kalian banyak harta, kalian belum tentu bahagia. Bapak ini sudah bekerja menjadi pedagang keliling dengan roda butut ini sudah bertahun tahun, tapi bapak merasa bahagia. Ibu kalianpun menemani bapak dengan setia. Sekarang bapak merasa bersyukur dikaruniai dua orang anak yang periang, rajin, dan penurut seperti kalian, bapak tidak butuh kekayaan, bapak tidak butuh harta yang banyak, kalian, dua anak bapak, dan ibu kalian, adalah karta terbesar bapak”. Merekapun berlalu menghilang ditelan kegelapan malam. Suaranya ternggelam ditengah suara kendaraan yang berdesing.
Mendengar celotehan anaknya tersebut,sang bapak hanya tersenyum dalam hatinya ia besyukur dikaruniai dua orang anak yang lucu dan perang. Ia mengernyitkan dahinya sambil berucap”nak, pasti kalian bisa mencapai apa yang kalian inginkan, namun kalian harus ingat, harta itu tidak menjamin kebahagiaan seseorang. Harta hanyalah jalan untuk mencapai kebahagiaan, bukan kebahagiaan itu sendiri. meskipun kalian banyak harta, kalian belum tentu bahagia. Bapak ini sudah bekerja menjadi pedagang keliling dengan roda butut ini sudah bertahun tahun, tapi bapak merasa bahagia. Ibu kalianpun menemani bapak dengan setia. Sekarang bapak merasa bersyukur dikaruniai dua orang anak yang periang, rajin, dan penurut seperti kalian, bapak tidak butuh kekayaan, bapak tidak butuh harta yang banyak, kalian, dua anak bapak, dan ibu kalian, adalah karta terbesar bapak”. Merekapun berlalu menghilang ditelan kegelapan malam. Suaranya ternggelam ditengah suara kendaraan yang berdesing.
Burhan
memandangi langkah pedagang gerobak dan anak anaknya tersebut. Percakapan ayah
dan anak tersebut benar benar menancap tajam kedalam hatinya. Ia merenungi tiap
kata yang diucapkan oleh bapak itu. Ia merasa bahwa yang diucapkan oleh bapak
itu adalah benar adanya. Bahwa harta tidak menjamin kebahagiaan seseorang.
Harta terbesar adalah cinta, kasih sayang, dan perhatian dari orang orang
terdekat. harta adalah jalan untuk mencapai kebahagiaan bukan kebahagiaan itu
sendiri.harta adalah kamuflase kehidupan.
Setelah
itu, ia langsung bergegas meninggalkan bangku kosong yang ia duduki. ia
merasakan gairah hidupnya datang kembali seperti percikan air hujan yang
menetes ditengah kemarau panjang. Ia masuk kedalam mobil dan menuju kanto
polisi tempat anaknya ditahan. Ia menebus anaknya tersebut dan mengirimnya ke
pusat rehabilitasi. Kemudian anaknya yang perempuan, harus menjalani operasi.
Dan akhirnya selamat meskipun bayi yang dikandungnya gugur. Setelah itu ia
berniat meninggalkan sebagian bisnisnya, dan lebih banyak meluangkan waktunya untuk
kedua anaknya. Iapun bercerai denga istrinya karena istrinya tersebut memilih
menikah dengan laki laki lain. Ia tak putus asa dan tetap semangat menjalani
hidup. Kini, harta terbesarnya adalah kedua anaknya. ia ingin mengajarkan pada anak anaknya untuk
tidak menjadikan harta sebagai tujuan dalam hidup, seperti yang ia lakukan
dahulu. Ia ingin anaknya memahami dan meyakini bahwa cinta dan kasih sayang
adalah kebahagiaan yang sesungguhnya.
Komentar
Posting Komentar